Dahulu kala, Elang dan Kalkun adalah sahabat baik. Sama seperti elang, kalkun pun bisa terbang. Bersama, kedua sahabat ini pun kerap berpetualang untuk mencari makanan dan menguasai udara.

Suatu hari, kalkun yang kelaparan mengajak elang untuk mencari makan. Mata mereka tertarik pada sebuah peternakan besar dan memutuskan untuk mencari makanan di sana. Saat sedang mencari makan di rindangnya pepohonan, seekor sapi yang lewat mempersilahkan elang dan kalkun untuk mengambil jagung yang sedang dimakan sapi.

“Silahkan ambil jagung ini jika kalian mau”, sapi menawarkan makanannya.

Elang dan kalkun pun terkejut, baru kali ini mereka ditawari makanan, selama ini mereka harus mencari makanan sendiri, terbang ber mil mil jauhnya dan tidak pernah berpikir apa yang akan dimakan besok, karena mereka harus berburu untuk makan.

“Mengapa kau memberikan jagung ini kepada kami?” Tanya elang kepada sapi.

“Kami di sini memiliki banyak makanan, petani selalu memberikan kami makanan dan kami tidak perlu mencari apapun, seluruh makanan enak selalu tersedia untuk kami tiap hari”.

Betapa terkejutnya Elang dan kalkun saat mendengar jawaban sapi. Dengan lahapnya elang dan kalkun memakan hidangan yang diberikan sapi. Keesokan harinya elang dan kalkun datang lagi ke peternakan dan memakan makanan yang disajikan dengan penuh kesenangan.

Lama kelamaan, kalkun makin nyaman dengan suasana peternakan ini. Dia pun mengajak elang untuk tinggal di peternakan saja dan melupakan petualangan di udara.

“Sahabatku, sebaiknya kita tetap di sini, di peternakan ini kita tidak perlu bersusah payah mencari makanan semua tersedia hanya untuk kita”, bujuk kalkun.

Elang mempertimbangkan masak-masak tawaran kalkun, namun keinginannya untuk berpetualang dan menemukan hal baru serta menerima tantangan baru tiap hari dan menikmati kemerdekaannya untuk terbang bebas membuatnya memutuskan untuk tidak menerima ajakan kalkun. Keduanya pun berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing.

Hari berganti hari, kalkun dengan kehidupan di peternakan dipenuhi dengan kenikmatan makanan yang berlimpah dan setiap hari yang santai sehingga tubunya menjadi gemuk, Ia pun tidak pernah terbang lagi karena untuk menemukan makanan ia cukup berjalan menggunakan kakinya.

Hingga di suatu malam, kalkun mendengar istri sang petani akan memasak hidangan kalkun panggang untuk merayakan Thanksgiving, kalkun merasa terancam dan memutuskan untuk pergi dari peternakan tersebut, namun tanpa ia sadari keahliannya untuk terbang sudah leyap, ia hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya yang terbebani oleh bobot badannya yang berat.

Dan di hari Thanksgiving sang petani pun melahap sajian kalkun panggang yang lezat.

Zona nyaman sering membuat seseorang terbuai. Akibatnya, dia pun menyia-nyiakan potensi yang sebenarnya dimiliki. Dalam perumpamaan tentang talenta, Yesus mengajarkan kita untuk mengolah semua potensi kita agar bisa terus berkembang.